Senin, 30 April 2012

Abdul Qadir dan para perampok

Kali ini saya akan membahas tentang seoran ilmuan yang sangat jujur dan patut kita teladani pada zaman dahulu kala yaitu Syeikh Abdul Qadir al-Jilani, beliau merupakan seorang anak yang terlahir dari perkawinan Abu Saleh dan Fatimah az-Zahra. Perkawinan Abu Saleh dan Fatimah di bilang berlangsung lancar begitu pula dengan kehidupan rumah tangganya, akan tetapi pasang ini baru di karunia seorang anak setelah mereka berusia 60 tahun. Begitu sabarnya pasangan ini menanti seorang buah hati agar terlahir ke tengah-tengah keluarga kecil mereka dan akhirnya di kabulkan juga permohonan mereka dan penantian panjang yang mereka lakukan di akhiri oleh Allah swt. Sifat jujur yang diperoleh Abdul Qadir (panggilan singkatnya) di turunkan sang ayah Abu Shaleh. Akan tetapi pada saat Abdul Qadir masih kecil ayahnya meninggal dunia, Abdul Qadir di besarkan oleh kakeknya yang bernama Sayid Abdullah Saurnai. Dari kakeknya tersebut Abdul Qadir mendapatkan pendidikan ilmu-ilmu agama sehingga menjadi anak yang shaleh. Abdul Qadit kemudian disekolahkan di madrasah yang berada di kota Jilan untuk belajar bahasa Arab dan Persia.

Abdul Qadir sifatnya sangat jujur, hal ini dibuktikan pada saat Abdul Qadir ingin melanjutkan belajar di Madrasah Nizamiyah yang sangat terkenal di negeri Irak. Ketika dalam perjalanan rombongan Abdul Qadir di hadang oleh para perampok. "Serahkan semua harta kalian, atau kalian kami bunuh!" teriak para perampok itu sambil menghunuskan senjata. Semua anggota rombongan itu ketakutan. Mereka tidak punya keberanian sedikit pun untuk melawan para perampok yang bengis itu. Anggota rombongan satu-satu diperiksa oleh para perampok itu dan di rampas hartanya. Salah seorang dari perampok itu bertanya kepada Abdul Qadir, "Hai bocah, apa yang kamu bawa??" Abdul Qadir menjawab dengan tenang "Saya membawa uang 40 dirham"
si perampok kemudian bertanya lagi "Benarkah kamu membawa uang 40 dirham???" abdul kadir kemudian menjawab lagi "ya".

Tidak ada seorang pun di antara para perampok itu yang mempercayai Abdul Qadir. Mereka lalu menceritakan hal ini kepada pemimpinnya. Pemimpin perampok tersebut memanggil Abdul Qadir "Hai anak muda, kemarilah! mengapa kamu memberitahu kami bahwa kamu membawa uang sebanyak itu? bukankah kamu bisa berbohong agar uangmu tidak kami ambil?" Abdul Qadir menjawab"Hai perampok, ibuku berpesan agar aku berkata jujur walaupun kejujuran itu membahayakan diriku" . Pemimpin perampok itu sangat terkesan dengan kejujuran Abdul Qadir, dan berkata dalam hatinya, "Anak muda ini sangat taat kepada ibunya. Mengapa aku tidak malu kepada Allah yang telah menciptakan diriku, sefangkan aku tidak taat kepadanya"

Setelah mendengar suara hatinya itu, pemimpin perampok itu menyesali perbuatannya yang sangat jahat itu, lalu menangis dan bertobat kepada Allah diiluti oleh anak buahnya. Merka lalu meminta maaf kepada orang-orang yang telah mereka rampok dan mengembalikan semua barang-barangnya. Dari peristiwa itu Abdul Qadir memahami nasihat ibunya bahwa kejujuran akan membawa manfaat bagi pelakunya maupun bagi orang lain.

Dari cerita Abdul Qadir tersebut dapat kita simpulkan bahwa apabila kita bersikaf jujur akan menguntungkan kita dan membawa manfaat kepada kita maupun orang lain. Oleh karena itu janganlah sesekali kalian berbohong karena kebohongan akan berdampak buruk untuk kita dan orang lain juga akan ikut terkena getahnya. Nah teman-teman cerita Abdul Qadir di atas patut kita teladani bukan??? Ayo sama-sama kita hindari berkata bohong dan tanamkan dalam diri kita agar berperilaku jujur ^^

sumber: Buku Agama Islam

Tidak ada komentar :